Jam

Kalender



ShoutMix chat widget


Jumat, Oktober 29, 2010

Cara Menangani Keracunan

Pengertian racun
Suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi
tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Reaksi kimianya
merusak jaringan tubuh atau mengganggu fungsi tubuh. Harus dibedakan dengan reaksi
obat karena reaksi obat dalam tubuh memang diinginkan, namun ada kalanya terjadi
reaksi obat yang tidak di inginkan . Beberapa contoh zat yang berupa racun : insektisida,
sianida ( pada singkong beracun ), racun binatang ( ular, kalajengking dll ).
Terjadinya keracunan pada manusia :
a. Sengaja ( Bunuh diri )
b. Tidak sengaja ( makanan,minuman, udara beracun )
c. Penyalahgunaan obat

Berdasarkan jalur masuknya racun kedalam tubuh manusia, keracunan dibagi menjadi
empat :
1. Keracunan melaui mulut / alat pencernaan
Gejala : - Mual muntah
- Nyeri perut
- Diare
- Napas berbau
- Suara parau
- Luka bakar pada daerah mulut
- Adanya sisa racun didaerah mulut
- Mulut berbusa
Penanganan :
- Beri minum anti racun umum ( norit, susu, putih telur, air kelapa,
air mineral )
- Usahakan si penderita muntah
- Jangan muntahkan bila menelan asam/basa kuat, minyak, korban
kejang, korban tidak sadar

2. Keracunan melalui pernapasan
Gejala : - Sesak napas
- Kulit kebiruan ( sianosis )
- Napas berbau
- Batuk
- Suara parau
Penanganan :
- Beri oksigen bila ada
- Rujuk ke fasilitas kesehatan segera

3. Keracunan melalui kontak / penyerapan ( kulit )
Gejala : - Kulit daerah kontak berwarna kemerahan
- Nyeri
- Melepuh dan meluas
Penanganan :
- Buka baju penderita
- Bila racun berupa serbuk sikat sampai bersih
- Siram bagian yang terkena racun dengan air ( minimal 20 Menit )
- Jangan siram kulit dengan air yang terkena soda api

4. Keracunan melalui suntik / gigitan
Gejala : - Luka didaerah suntikan / gigitan
- Nyeri pada daerah gigitan
- Kemerahan
- Perubahan warna kulit
Penanganan :
- Rujuk ke fasilitas kesehatan
Gejala dan tanda keeracunan :
1. Penurunan kesadaran, gangguan status mental ( gelisah, ketakutan )
2. Gangguan pernapasan
3. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
4. Mual, muntah, mulut berbusa
5. Lemas, lumpuh, kesemutan
6. Pucat, kebiruan ( sianosis )
7. Kejang-kejang
8. Syok
9. Denyut nadi tak beraturan

Penanganan Keracunan secara umum :
1. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas
beracun.
2. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
3. Lakukan penilaian dini
4. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan
sisa bahan beracun bila ada.
5. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah
6. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan
air.
7. Penatalaksanaan syok bila terjadi (Lihat Bab Perdarahan dan Syok).
8. Pantaulah tanda vital secara berkala.
9. Bawa ke RS/dokter/Puskesmas.

Gigitan Ular
Bila seseorang penderita luka gigitan ular menunjukkan gejala dan tanda maka berarti
keadaannya serius dan perlu penanganan khusus.
Beberapa gejala dan tanda :
1. Demam
2. Mual dan muntah
3. Pingsan
4. Lemah
Read More...
separador

Evakuasi Transportasi

Mekanika Tubuh
Mekanika Tubuh adalah menggunakan gerakan tubuh penolong yang baik dan benar
untuk memudahkan pengangkatan dalam pemindahan penderita (EVAKUASI)
Tujuan :
Menghindari terjadinya cedera pada penolong
Pemindahan Penderita
Setelah melakukan penilaian keadaan dan penilaian dini, selanjutnya kita menentukan
prioritas pemindahan penderita. Beberapa pertanyaan yang mungkin terjadi adalah :
a. Kapan saatnya penderita dipindahkan
b. Apakan penilaian dan pemeriksaan penderita harus selesai sebelum
pemindahan.
c. Berapa lamakah tulang belakang harus dijaga ( stabilisasi manual )
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemindahan penderita :
1. Nilai kesulitan yang mungkin terjadi pada saat pemindahan
2. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan penderita
3. Jangan memindahkan dan mengangkat penderita jika tidak mampu
4. Gunakan otot tungkai, panggul serta otot perut. Hindari mengangkat dengan otot
punggung dan membungkuk.
5. Jaga keseimbangan
6. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat memindahkan dan
mengangkat korban.
7. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap

Prinsip dasar pemindahan penderita :
1. Jangan dilakukan jika tidak perlu
2. Melakukan sesuai dengan cara yang benar
3. Kondisi Fisik Penolong harus baik dan terlatih
Tidak ada definisi yang pasti kapan seorang penderita harus dipindahkan.
Sebagai pedoman dapat dikatakan bahwa bila tidak ada bahaya berikan pertolongan dulu
baru pindahkan penderita.Bila situasi dan kondisi dilapangan relative tidak aman
mungkin harus dilakukan pemindahan korban terlebih dahulu.

Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita, pemindahan penderita digolongkan
menjadi 2 bagian :
1. Pemindahan Darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan
penolong. Contoh :
- Ancaman Kebakaran
- Ancaman Ledakan
- Ancaman Bangunan runtuh
- Ancaman mobil terguling bensin tumpah
- Adanya bahan-bahan berbahaya
- Orang sekitar yang berprilaku aneh
- Kondisi cuaca yang buruk
Contoh Cara pemindahan Darurat :
- Tarikan lengan
- Tarikan Bahu
- Tarikan Baju
- Tarikan selimut

2. Pemindahan Biasa

Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita maupun
penolong.
Tehnik angkat langsung dengan tiga penolong :
1. ke tiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita , jika memungkinkan
beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera
2. penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan bahu, lengan yang
satu disisipkan dibawah punggung penderita
3. penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong penderita
4. penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah lutut penderita
5. penderita siap diangkat dengan satu perintah
6. angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan
7. sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong yang lain
8. letakkan kembali penderta diatas tandu dengan satu perintah yang tepat
9. jika akan berjalan tampa memakai tandu, dari langkah no 6 teruskan dengan
memiringkan penderita ke dada penolong
10. berdiri secara bersamaan dengan satu perintah
11. berjalanlah kearah yang dikehendaki dengan langkah bertahap

Tehnik mengangkat tandu
Penolong dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat tandu
1. tempatkan kaki pada jarak yang tepat
2. punggung harus tetap lurus
3. kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap menghadap kedepan
dalam posisi netral
4. genggamlah pegangan tandu dengan baik
5. pada saat mengangkat punggung harus tetap terkunci sebagai poros dan kekuatan
konstraksi otot seluruhnya pada otot tungkai
6. saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas pada urutan selanjutnya .
Tehnik angkat anggota gerak
Biasanya diperlukan dua penolong untuk melakukan tehnik ini :
a. Penolong pertama berada diposisi kepala penderita
b. Lakukan pengangkatan pada lengan penderita
c. Penolong yang lain berdiri diantara dua tungkai penderita, menyelipkan tangan
dan mengangkat ke dua lutut penderita
d. Dengan satu aba- aba kedua penolong dapat memindahkan penderita di lokasi
yang diinginkan

Posisi penderita
Secara umum posisi penderita tergantung dari cedera yang dialami dan keadaan pada saat
itu. Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita :
- Penderita dengan syok. Jika tidak ditemukan tanda-tanda cedera pada
tungkai atas dan tulang belakang tingikka tungkai sekitar 20 – 30 cm.
- Penderita dengan gangguan pernapasan. Posisikan duduk atau setengah
duduk
- Penderita dengan nyeri perut. Posisikan tidur. Posisikan tidur miring
dengan tungkai ditekuk
- Penderita Muntah-muntah. Posisikan nyaman dan awasi jalan napas
- Penderita Trauma, terutama dicurigai cedera tulang belakang (spinal)
harus segera distabilkan dan imobilisasi dengan papan spinal panjang.
- Penderita tidak sadar dan tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera
berat lainnya, posisikan miring stabil
Posisi terbaik melakukan pemindahan tergantung pada kondisi saat itu.
Read More...
separador

CEDERA SISTEM OTOT RANGKA

Cedera otot rangka merupakan salah satu bentuk cedera yang paling banyak dijumpai di
lapangan, mulai dari yang ringan sampai mengancam nyawa.
Tanpa memandang berat atau ringannya kasus yang dihadapi, penangan yang baik dapat
membantu mencegah terjadinya cacat tetap.

Secara umum cedera otot rangka dapat berupa :
1. Patah tulang ( Fraktur )
2. Cerai sendi ( Dislokasi )
3. Terkilir otot ( Strain )
4. Terkilir sendi ( Sprain )

1. Patah Tulang
Patah Tulang adalah terputusnya jaringan tulang
Gejala dan tanda patah tulang :
- Perubahan bentuk
- Nyeri dan kaku
- Terdengar suara berderik pada daerah yang patah
- Terjadinya pembengkakan
- Adanya memar
- Ujung tulang terlihat
- Adanya gangguan peredaran perdarahan

Jenis Patah Tulang
1. Patah tulang terbuka
• Bagian tulang yang patah berhubungan dengan udara luar
2. Patah tulang tertutup
• Bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan udara luar

Pembidaian
Pemakaian suatu alat Bantu untuk menghindari pergerakan, melindungi dan
menstabilkan bagian tubuh yang cedera.

Tujuan Pembidaian -> Fiksasi & Imobilisasi
1. Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi cidera yang baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Mengistirahatkan anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi perdarahan
6. Mempercepat penyembuhan

Macam – macam Bidai
1. Bidai Keras
Dibuat dari bahan yang keras dan kaku untuk mencegah pergerakan bagian yang
cedera. Bahan yang sering dipakai adalah kayu, alumunium, karton, plastic atau
bahan lain yang kuat dan ringan. Contoh : BIdai kayu, bidai tiup, bidai vakum
2. Bidai yang dapat dibentuk
Jenis bidai ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi untukdisesuaikan dengan bentuk cedera . Contoh : Bidai vakum, bantal, selimut, karton,
bidai kawat.
3. Bidai Traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya.Hanya digunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha
4. Gendongan atau Blat dan Bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umunya dipakai mitela.Prinsipnya
adalah memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan
pergerakan daerah cedera. Contoh : Gendongan lengan
5. Bidai Improvisasi
Bila tidak tersedia bidai jadi, maka penolong dituntut mampu berimprovisasi
membuat bidau yang cukup kuat dan ringan untuk menopang bagian tubuh yang
cedera.Contoh : majalah, Koran, karton dll

Pedoman umum pembidaian
1. Sampaikan rencana tindakan kepada penderita
2. Pastikan bagian yuang cedera dapat dilihat dan rawat perdarahan bila ada
3. Nilai gerakan sensasi-sirkulasi pada bagian daerah luka sebelum
menggerakan pembidaian
4. Siapkan alat seperlunya ( bidai dan, mitella )
5. Upayakan tidak mengubah posisi yang cidera
6. Jangan memasukan bagian tulang yang patah
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah
8. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar
9. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari sendi yang banyak bergerak
10. Selesai dilakukan pembidaian dilakukan pemeriksaan GSS kembali,
bandingkan dengan pemerikasaan GSS yang pertama
.
2. Cerai Sendi ( Dislokasi )
Cerai sendi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi.
Penyebab :
- Sendi teregang melebihi batas normal sehingga kedua ujung
tulang terpisah dan tidak pada tempatnya. Jaringan ikat sendi bisa
tertarik melebihi batas normal dan mungkin sampai robek
Gejala dan tanda :
- Secara umum berupa gejala dan tanda patah tulang yang terbatas
pada daerah sendi.

3. Terkilir Otot ( Strain )
Terkilir otot adalah robeknya jaringan otot pada ekor otot ( Tendon ), karena
teregang melebihi batas normal.
Penyebab :
- Umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot
tertentu.Hal ini sering terjadi pada cedera olahraga karena :
karena :
a. Latihan peregangan tidah cukup
b. Latihan peregangan tidak benar
c. Teregang melampaui kemampuan
d. Gerakan yang tidak benar
Gejala dan tanda :
1. Nyeri yang mendadak pada daerah otot yang tertentu
2. Nyeri menyebar keluar disertai kejang dan kaku otot
3. Bengkak pada daerah cedera

4. Terkilir Sendi ( Sprain )
Terkilir Sendi adalah robek atau putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi
teregang melebihi batas normal .
Penyebab : Terpeleset, gerakan yang salah .
Gejala dan Tanda
1. Bengkak
2. Nyeri Gerak
3. Nyeri Tekan
4. Warna kulit merah kebiruan
Pertolongan cedera pada sistem otot rangka :
1. Lakukan penilaian dini.
2. Lakukan pemeriksaan Fisik
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual
4. Upayakan yang diduga patah dapat dilihat
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada
6. Siapkan alat-alat seperlunya ( bidai dan mitella )
7. LAKUKAN PEMBIDAIAN……!!!
8. Kurangi rasa sakit
9. Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Penanganan Terkilir :
- Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera
- Tinggikan bagian yang cedera
- Beri kompres dingin maksimum 3 menit, ulangi setiap jam bila perlu
- Balut tekan dan tetap tinggikan
- Rawat sebagai patah tulang
- Rujuk ke fasilitas kesehatan

Pertolongan pada beberapa cedera alat gerak :
1. Cedera bahu
Dislokasi bahu adalah cedera yang paling sering terjadi di daerah bahu. Bila
terjadi patah tulang selangka, mungkin terlihat rongga pada daerah lengan atas di
bawah tulang selangka. Pada cedera ini tindakan yang paling baik adalah
memasang gendongan.
2. Cedera Patah tulang lengan atas
Tulang lengan atas merupakan tulang yang cukup tebal dan kuat, bila tulang ini
cedera waspadailah cedera jaringan disekitarnya. Pertolongan :
a. letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap
kedalam
b. Pasang bidai sampai siku
c. Ikat di daerah diatas dan diaerah yang patah
d. Lengan bawah digendong
e. Jika siku juga patah dan tangan tidak dapat dilipat, pasang bidai
sampai ke lengan bawah, dan biarkan tangan tergantung, tidak usah
digendong.
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan
3. Cedera patah tulang lengan bawah
Cedera di daerah lengan bawah dan pergelangan tangan merupakan cedera yang
sering ditemukan. Pertolongan :
a. letakkan tangan di dada
b. Pasang bidai dari siku sampai tangan
c. Ikat pada daerah diatas dan dibawah tulang yang patah
d. Lengan digendong
e. Rujuk ke fasilitas kesehatan
4. Cedera tangan dan jari
Tangan yang cedera harus dibidai pada posisi fungsional. Cara paling mudah
adalah dengan meletakkan benda dalam telapak tangan, lalu membalut tangan
tersebut dan meletakkannya diatas bidai. Bila yang cedera adalah jari, maka
ikatlah jari tersebut dengan jari disebelahnya. Bila yang cedera lebih dari satu jari
maka bidailah seluruh tangan
5. Patah tulang paha
Perubahan bentuk pada patah tulang paha biasanya terlihat dengan jelas,
disamping nyeri dan pembengkakkan. Pertolongan :
a. Pasang dua bidai dari :
a. Ketiak sampai sedikit melewati telapak kaki
b. Lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki
b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah
c. Bila perlu ikat kedua kaki diatas lutut dan pergelangan kaki – telapak kaki
dengan pembalut utnuk mengurangi pergerakan.
d. Rujuk ke fasilitas Kesehatan
Catatan :
- Patah tulang paha dapat menimbulkan perdarahan dalam, sehingga penderita
dapat mengalami syok
- Bila ada patah tulang terbuka, atasi perdarahan dan rawat lukanya
6. Cedera Lutut
Bila lutut berada dalam posisi tertekuk maka bidailah dalam posisi tersebut dan
bila lurus maka bidailah dalam posisi lurus. Cara membidainya sama seperti patah
tulang paha .
7. Patah tulang tungkai bawah
Umumnya kedua tulang tungkai bawah mengalami cedera bersamaan. Letaknya
yang sangat dekat denganpermukaan kulit menyebabkan cedera ini sering berupa
patah tulang terbuka . Pertolongan :
a. Pasang 2 bidai disebelah luar dan dalam tungkai yang patah dari lipatan
paha sampai sedikit melewati telapak kaki.
b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai atau kain.
c. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Read More...
separador

Penanganan Pertama pada Luka Bakar

Tidak seperti luka bakar derajat tiga yang memerlukan penanganan medis khusus, luka bakar kecil yang sering kita alami di rumah ternyata membutuhkan penanganan simpel yang bisa dilakukan siapa saja. Tidak peduli apa yang menyebabkan luka bakar, hal yang paling utama dipikirkan adalah semakin cepat penanganannya maka hasilnya akan semakin baik. Apa yang anda lakukan pada menit menit pertama setelah terbakar akan menentukan hasil dari penyembuhan luka bakar tersebut pada kulit.  Susu merupakan cairan yang paling bagus untuk mengompress luka bakar kecil. Rendam daerah luka dengan susu selama 15 menit atau lebih. Bila anda kesulitan merendam, anda bisa menggunakan handuk yang telah dibasahi susu untuk menutup daerah yang terbakar. Lemak yang terdapat dalam susu akan menyejukan daerah yang terbakar dan mempercepat penyembuhan.  Setelah 24 jam, basuhlah daerah yang terbakar dengan lembut menggunakan sabun dan air bersih. Usahakan daerah luka tetap kering dan tertutup setelah dibersihkan untuk mencegah infeksi.  Menggunakan terlalu banyak es atau air yang sangat dingin akan memperburuk kondisi luka bakar. Gunakanlah air yang sejuk dan bukan yang dingin. Air sejuk akan mencegah jaringan yang terbakar meluas dan air ini berfungsi pula sebagai pereda rasa nyeri sementara.  Lidah buaya akan mempercepat proses penyembuhan. Dua atau tiga hari setelah terluka, anda dapat membubuhi daerah luka dengan cairan dari daun lidah buaya. Kesejukan dari cairan itu akan membantu meredakan nyeri. Gunakan empat sampai 5 kali sehari tanpa ditutup dengan perban.  Makanlah banyak makanan yang mengandung vitamin C. Vitamin ini akan membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu, anda juga harus banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan E. Vitamin E akan mempercepat penyembuhan dan mencegah pembentukan jaringan parut.  Irislah kentang lalu tutup daerah yang terbakar menggunakan irisan tersebut. Zat tepung pada kentang akan menetralisir luka bakar, rasa nyeri dan mencegah pembentukan jaringan parut.  Madu yang digunakan untuk menutup luka akan menyejukan luka, meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan. Madu juga akan mencegah infeksi kuman serta melindungi daerah luka.  Minyak lavender akan meredakan rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan serta mencegah jaringan parut. Pertama tama, bersihkan daerah luka dengan air dan sabun. Campur minyak lavender dengan minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 3. Selanjutnya tutuplah daerah luka dengan campuran tadi.  Menutup luka bakar dengan menggunakan putih telur akan mencegah luka bakar menjadi kering.  Semua tips diatas hanya berlaku untuk luka bakar derajat ringan dengan daerah yang tidak begitu luas. Bila sebaliknya, anda harus segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.
Read More...
separador

Patah Tulang

Cedera Otot Rangka
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.

Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.

Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.

Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1. Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2. Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi pada lengan.

Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.






Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang
1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.

Pembagian Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup

Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.


Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.

Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan

Beberapa macam jenis bidai :

1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.

Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
1. 6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
14. Jangan membidai berlebihan.

Pertolongan cedera alat gerak
1. Lakukan penilaian dini.
• Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
• Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7. Lakukan pembidaian.
8. Kurangi rasa sakit.
• Istirahatkan bagian yang cedera.
• Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
• Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Read More...
separador

Cedera Jaringan Lunak

Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab dan beratnya cedera yang terjadi.

Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah kulit.

Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.

Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi. Sering merupakan kasus kriminal
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.

Luka Tertutup
Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang kemerahan.
c. Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka. Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat.


Penutup dan Pembalut Luka

Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri

Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.

Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.

Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.

Beberapa jenis pembalut
Pembalut pita/gulung.
Pembalut segitiga (mitela).
Pembalut penekan.

Penutupan luka
Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi

Pembalutan
Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk menghentikan perdarahan.
Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.
Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh.
Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.

Penggunaan penutup luka penekan
Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).

Perawatan luka Terbuka
1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Kontrol perdarahan bila ada
4. Cegah kontaminasi lanjut
5. Beri penutup luka dan balut
6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah
7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Perawatan Luka Tertutup

Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam

Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Balut tekan
Istirahatkan anggota gerak tersebut
Tinggikan anggota gerak tersebut

Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.

Perawatan luka dengan benda asing menancap
Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai berikut :
1. Stabilkan benda yang menancap secara manual.
2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut
3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
4. Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap
5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Read More...
separador

Asessement (Penilaian)

PENILAIAN KEADAAN
1. Bagaimana keselamatan penolong???
2. Bagaimana keselamatan lingkungan???
3. Bagaimana keselamatan massa???
4. Bagaimana keselamatan korban???
Pertanyaan pelengkap: Apa ada massa?
Apa ada saksi?
Apa di antara massa/saksi ada yang ahli dalam pertolongan pertama?

INTRODUCE & PERMISSION
1. Perkenalkan saya (nama) dari PMR (nama unit), saya memiliki kemampuan dasar pertolongan pertama.
2. Bolehkah saya memberikan pertolongan pertama kepada korban?

MECHANISM CHECK
Bagaimanakah mekanisme kejadian korban???

WEARING APD
Memakai APD ( Alat Pelindung Diri ): Sarung tangan, Masker, Kacamata, Helm.

ASKING HELP
Tolong panggilkan bantuan Ambulance/tenaga medis segera!!!

PENILAIAN DINI
1. Kesan Umum : Medis atau Trauma (Jika terdapat Fraktur/perdarahan, Segera tangani!)
2. Cek Respon ( ASNT/Awas, Suara, Nyeri, Tidak Respon)
3. Cek tulang leher apakah sama dengan penolong.
4. Memastikan Jalan nafas terbuka dengan Baik ( AIRWAY CONTROL) dengan cara:
5. Cek sumbatan. Apakah ada sumbatan dalam rongga mulut korban???
6. Cek nafas (BREATHING SUPPORT) dengan cara:
LDR (Lihat, Dengar, Rasakan ) 3-5 Detik.
• jika nafas ada lanjut ke Cek Nadi!
• jika nafas tidak ada berikan bantuan nafas 2x dalam 5 detik (tiup 1 2 3 tiup)

Kemudian Cek Nafas kembali dengan LDR, jika nafas ada lanjut ke Cek Nadi!
• jika nafas masih tidak ada lakukan Reposisi ulang lalu berikan bantuan nafas 2x/5 detik. Kemudian Cek nafas kembali dengan LDR, jika nafas ada lanjut ke Cek Nadi
• jika nafas masih tidak ada maka diperkirakan ada sumbatan pada saluran pernafasan korban. Lakukan metode pengeluaran sumbatan (misal dengan Sapuan 3 jari atau Heimlich Manuver)
• Setelah sumbatan keluar beri bantuan nafas 2x/5 detik hingga nafas muncul.

7. Cek Nadi ( CIRCULATORY SUPPORT )pada nadi karotis atau nadi radialis.
jika nadi tak teraba maka lakukan RJP PJL (Resusitasi Jantung Paru - Pijat Jantung Luar) dengan cara:
• Tentukan titik kompresi PJL, yakni dengan jari manis letakkan pada tulang rusuk palsu paling bawah, raba hingga taju pedang, tambahkan 2 jari (tengah & telunjuk). Lakukan penguncian dengan sudut kemiringan 90 derajat. 2 lutut menempel tanah. Lakukan hentakan 30x dalam 1 menit kombinasikan dengan bantuan nafas 2x dalam 5 detik, selama 4 siklus ( 1 siklus adalah 30 hentakan + 2x bantuan nafas )
• Cek nadi, jika tidak ada lakukan kembali dengan 8 siklus, 16 siklus, 32 siklus.
8. Cek nafas setelah RJP PJL.
Apakah nafas setelah RJP PJL masih ada? Jika nafas hilang lakukan bantuan nafas 12x dalam 1 menit dengan hitungan: tiup 1 2 3 2 tiup 1 2 3 3 tiup 1 2 3 4 tiup 1 2 3 5 tiup 1 2 3 6 tiup 1 2 3 1 tiup 1 2 3 2 tiup 1 2 3 3 tiup 1 2 3 4 tiup 1 2 3 5 tiup 1 2 3 6 tiup
• Cek nafas dengan LDR.

VITAL SIGN CHECK
1. Cek tanda vital korban.
Meliputi Nafas, Nadi, Suhu, Tekanan darah.

2. Nafas: Bagaimana frekuensi, kualitas, kuantitas nafas korban??? (cek dengan LDR)
Nafas normal bayi : 25 - 50 x per menit
Nafas normal anak : 15 - 30 x per menit
Nafas normal dewasa : 12 - 20 x per menit

3. Nadi: Bagaimana frekuensi, kualitas, kuantitas nafas korban???
Nadi normal bayi: 120 - 150 x per menit
Nadi normal anak: 80 - 150 x per menit
Nadi normal dewasa: 60 - 90 x per menit

4. Suhu: Apakah suhu tubuh korban sama dengan penolong???
Suhu normal adalah 37 derajat Celcius.
jika lebih dingin berikan selimut.

5. Tekanan darah: Bagaimanakah tekanan darah korban???
Cek dengan tensimeter / sphygnomanometer
Tekanan darah normal: sistole : 100 - 140 mmHg
diastole : 60 - 90 mmHg
6. Cek respon ulang ASNT

HEAD TO TOE
Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh dengan Head to Toe.
Apakah terjadi PLNB ( Perubahan Bentuk, Luka Terbuka, Nyeri dan Bengkak ) pada . . .

Jika di temui adanya kesalahan organ, langsung ditandai terlebih dahulu!
Penanganan dilakukan setelah Head to Toe benar-benar selesai.
Macam kesalahan: fraktura (patah tulang)
fisura (retak tulang)
dislokasi (urai sendi)
sprain (terkilir sendi)
strain (terkilir otot)
Macam penanganan: BALUT & BIDAI
Lakukan penanganan secara tepat, cepat, rapi, dan urut!

CEK PENANGANAN
Pastikan kembali penanganan dilakukan secara tepat, cepat, rapi, dan urut!

CEK RESPON
Cek kembali dengan ASNT. Jika korban respon langsung masuk tahap KOMPAK
Lakukan interview perlahan pada korban meliputi KOMPAK:
K ( Keluhan utama korban )
O ( Obat yang sebelumnya dikonsumsi )
M ( Makanan/minuman yang sebelumnya dikonsumsi )
P ( Penyakit yang diderita )
A ( Alergi )
K ( Kejadian sesungguhnya )

CEK TANDA VITAL
Meliputi frekuensi, kualitas, kuantitas pada Nafas, Nadi, Suhu, Tekanan darah.
Pada korban sadar untuk cek tanda vital:
• Nafas: jangan lakukan LDR, tapi lihatlah ekspresi respirasi korban.
• Nadi: periksa pada nadi radialis korban ( pergelangan tangan )
• Suhu: cek dengan termometer jika ada.
• Tekanan darah: cek dengan tensimeter.

CEK IDENTITAS KORBAN
Jika korban tak sadar, carilah identitas yang melekat pada korban, misal dompet, KTP, SIM, ID Card,
Handphone, dll.
Jika korban sadar lakukan interview singkat tentang biodata korban.

RUJUK
Apakah bantuan sudah datang???
Jika sudah maka serahkan & laporkan penanganan pada pihak ahli medis.
Jika belum & korban tak sadar, lakukan PMS ( Posisi Miring Sekunder )

PELAPORAN & SERAH TERIMA
Biasakan membuat laporan tertulis sebagai bahan rujukan & bukti penanganan yang telah dilakukan. Draft
Kartu Penderita terlampir.
Read More...
separador

Perawatan Keluarga

1. Sikap yang baik seorang Pelaku PK penting untuk memberi kesan baik tentang kepribadiannnya:
§ Berperikemanusiaan
§ Bertanggungjawab
§ Selalu mengutamakan kepentingan si sakit
§ Selalu bersikap terbuka
2. Menunjukan kemanuan kerja dengan tenang, cepat dan tanpa ragu-ragu.
3. Mempunyai sifat ramah, selalu senyum, bersedia untuk mendengarkan keluhan dan mampu menenangkan si sakit.
4. Berfikirlah sebelum bertindak atau bekerja
5. Pengamatan serta informasi yang berwenang sangat bermanfaat dan membantu dalam menjalankan tugas perawatan
6. Jagalah kebersihan lingkungan dan ruangan di sakit dengan tidak mengabaikan kebersihan diri sendiri.
7. Catatlah selalu hasil pengamatan dan perawatan secara singkat jelas
8. Usahakan agar tidak menambah penderitaan si sakit
9. Jangan bertindak menyimpang dari peraturan dan perintah dokter/ petugas kesehatan.
10. Jika perlu untuk merujuk si sakit ke puskesmas atau rumah sakit, persiapkan dengan baik, baik keperluan orang sakit juga transportasi.
11. Selalu menjaga kerahasiaan medis pasien.
Peralatan Perawatan Keluarga :
1. Peralatan yang diperlukan untuk PK tidak perlu sama dengan yang ada di rumah sakit, dengan peralatan sederhana kita dapat menolong orang sakit. Peralatan yang digunakan dapat menggunakan peralatan yang ada atau improvisasi.
2. Perlengkapan PK sederhana :
Bagi Pelaku PK
Celemek
Peralatan mencuci tangan
§ Air mengalir (kran, botol, improvisasi lain)
§ Baskom (wadah menampung air)
§ Sabun dalam tempatnya (kalau perlu sikat tangan)
§ Handuk tangan/serbet.
Bagi orang sakit
Peralatan tempat tidur
§ Tempat tidur dan bantal
§ Seprei, sarung bantal, kain perlak dan alas perlak (sedikitnya 2 set), selimut.
§ Alat penopang kaki (improvisasi)
Peralatan mandi, buang air kecil (b.a.k), buang air besar (b.a.b)
§ 2 ember
§ 1 gayung
§ Baskom
§ 2 washlap
§ 2 handuk
§ Pasu najis
§ Labu kemih
§ Tissue
§ Air mengalir (di botol, ceret, wadah lainnya)
§ Sisir & alat make up untuk wanita
§ Air hangat dalam wadah
Peralatan mencuci rambut
§ Talang plastik
§ Shampo
§ Alat pengering rambut (hair dryer, kipas, dll)
§ Handuk
§ Sisir
Peralatan memelihara mulut
§ Sikat gigi
§ Pasta gigi
§ Bengkokan / kaleng / wadah penampungan buangan.
Peralatan makan
§ Baki berisi : piring, sendok, garpu, gelas dengan tatakan dan tutupnya (dapat diberi sedotan), serbet.
§ Meja kecil, bel (khusus untuk pasien yang dapat makan sendiri.
Peralatan medis
§ Termometer, Tensi meter, Perban & Plester
Peralatan Kompres
§ Washlap, air hangat atau air dingin
§ Kantong es/kompres dingin, kantong air panas/ kompres panas.
Bahan lain yang diperlukan :
§ Talk, minyak pelumas & cream pelembab kulit.
Desinfectant / cairan pensucihama & antiseptict.
Read More...
separador

Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.

Tujuan Pertolongan Pertama
  1. Menyelamatkan jiwa penderita
  2. Mencegah cacat
  3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang kesehatan.
Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:
  1. Akses dan Komunikasi
Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.
  1. Pelayanan Pra Rumah Sakit
Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b. Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan
  1. Tansportasi
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
Dasar Hukum
Pasal 531 K U H Pidana
“Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566
Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :
  1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan
  1. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.
Alat Perlindungan Diri
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :
a. Sarung tangan lateks
s-tangan
Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit.
b. Kaca mata pelindung
kacamata
Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia
c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.
d. Masker penolong
masker
Mencegah penularan penyakit melalui udara
e. Masker Resusitasi Jantung Paru
masker2
Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas
f. Helm
hlm
Mencegah benturan di kepala ketika melakukan pertolongan.


Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b. Dapat menjangkau penderita.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.

Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama
Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
  1. Jujur dan bertanggungjawab.
  2. Memiliki sikap profesional.
  3. Kematangan emosi.
  4. Kemampuan bersosialisasi.
  5. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran.
  6. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
  7. Mempunyai rasa bangga.

Fungsi Alat dan Bahan Dasar
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar yang sebaiknya tersedia dan mampu digunakan oleh penolong di antaranya :
1. Alat dan bahan memeriksa korban
2. Alat dan bahan perawatan luka
3. Alat dan bahan perawatan patah tulang
4. Alat untuk memindahkan penderita
5. Alat lain yang dianggap perlu sesuai dengan kemampuan 
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1. Kepala
Ø Kulit Kepala dan Tengkorak
Ø Telinga dan Hidung
Ø Pupil Mata
Ø Mulut
2. Leher
3. Dada
Ø Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
Ø Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
Ø Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
Ø Periksa rigiditas (kekerasan)
Ø Periksa potensial luka dan infeksi
Ø Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
Ø Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
Ø Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
Ø Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
  1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
  2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
  3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
  4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
Bayi : 120 – 150 x/menit
Anak : 80 – 150 x/menit
Dewasa : 60 – 90 x/menit
Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 – 50 x/ menit
Anak : 15 – 30 x/ menit
Dewasa : 12 – 20 x/ menit
Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
  1. Keadaan respon
  2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
  3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
  4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
  5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
  6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
  7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
  8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Read More...
separador

Statistik Blog

Followers

BANNER


Masukkan Code ini K1-YD1YA8-F
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Iklan